Mahasiswa Fakultas Sastra UNITOMO Jejaki Napak Tilas Majapahit, Wariskan Budaya Lewat PKL 2025
Mojokerto — Tak hanya fasih dalam bahasa asing dan teknologi, generasi Z dari Fakultas Sastra Universitas Dr. Soetomo (UNITOMO) juga membuktikan kepeduliannya terhadap akar budaya bangsa. Pada Sabtu (28/06), sebanyak 22 mahasiswa dari Program Studi Sastra Inggris dan Sastra Jepang melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 2025 dengan menelusuri situs-situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi mata kuliah Indonesian Culture dan Kebudayaan Indonesia yang mengusung tema besar: “Budaya bukan sekadar warisan, tapi napas peradaban.”
Para mahasiswa diajak menyelami nilai-nilai historis, estetika arsitektur, dan spiritualitas yang terkandung dalam empat situs budaya penting: Makam Troloyo, Candi Bajang Ratu, Museum Majapahit, dan Patung Buddha Tidur. “PKL ini bukan sekadar kunjungan, tapi pengalaman belajar berbasis realitas budaya. Mahasiswa diajak membangun sense of belonging dan sense of preserving terhadap warisan leluhur. Kegiatan ini juga terintegrasi dengan mata kuliah lain dan menghasilkan luaran seperti artikel ilmiah dan karya audiovisual,” jelas Drs. Putut Handoko, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah Indonesian Culture.
Rommel Utungga Pasopati, M.Fil., salah satu dosen pembina lapangan, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Integrated Outcome-Based Project dalam kurikulum berbasis kolaboratif. Ia menekankan bahwa seluruh hasil karya mahasiswa nantinya akan menjadi bagian penting dari portofolio akademik mereka. “PKL ini tidak hanya memperkuat pemahaman lintas budaya dan sejarah, tapi juga mendorong mahasiswa menghasilkan karya akademik dan kreatif yang bernilai tinggi,” ujarnya.
Antusiasme peserta pun sangat terasa. Izzaditya Dharmaputra M., mahasiswa Sastra Inggris semester dua yang juga menjabat sebagai ketua pelaksana, mengungkapkan bahwa kegiatan ini membuka wawasan baru tentang warisan budaya Majapahit. “Kami belajar langsung tentang proses akulturasi budaya di akhir masa kejayaan Majapahit. Dari Troloyo ke Bejijong, semua sarat makna,” tuturnya. Sementara itu, Sinta Uli Simbolon, mahasiswa lainnya, menyebut perjalanan ini sangat berkesan. “Selain nyaman secara fasilitas, kami benar-benar mendapat pelajaran sejarah yang tidak kami dapatkan di kelas.”
Apresiasi juga datang dari Abdul Rozak, pemandu dan staf Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK XI) Jawa Timur. Ia menyambut positif semangat generasi muda dalam mengenal sejarah. “Sejak berganti nama menjadi Museum Majapahit pada 10 Juni 2025, kami ingin generasi muda ikut serta menjaga warisan budaya. Kehadiran mahasiswa UNITOMO seperti ini sangat kami harapkan,” pungkasnya. PKL 2025 ini menjadi bukti bahwa warisan budaya bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi nyala hidup yang terus diteruskan oleh generasi masa kini.(Agbar/Kusuma)