Hadiah Puisi dari Zawawi Imron untuk Rektor Unitomo


Ada yang istimewa pada pengukuhan Prof. Dr. Siti Marwiyah, S.H., M.H.  (Prof. Iyat) sebagai guru besar bidang Ilmu Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo, pada Sabtu (16/9). Zawawi Imron seorang Sastrawan Madura yang dikenal sebagai Si Celurit Emas, memberikan hadiah puisi khusus untuk Prof. Iyat. 


Puisi yang dibacakan langsung tersebut berjudul "Tahniah untuk Prof. Dr. Marwiyah, S.H.,M.H." Tahniah sendiri dalam bahasa arab, artinya ucapan selamat untuk suatu yang menggembirakan atau membanggakan. Berikut puisi tersebut:


Tahniah untuk Prof. Dr. Marwiyah, S.H.,M.H.

Ketika hidup dianggap anugerah Allah, kita akan bertemu dengan ikhtiar bahwa nafas perlu dihargai, detak jantung memang tak bisa dihitung, tapi perlu disyukuri.

Bangsa dan tanah air perlu dicintai. Dalam kearifan seperti itu, maka tampillah Putri beliau. Namanya Siti Marwiyah. lahir di desa tapi nafasnya Indonesia.dan sekarang beliau telah menjadi Profesor Doktor Siti marwiyah SH MH. 

Orang yang semangat belajarnya seperti sapi kerapan Madura sedang lari berpacu di lapangan, menyerap dan mengepulkan debu. Seakan mau memanjat Cakrawala. Seakan perahu yang sedang memanjat Cakrawala. Bahwa perempuan boleh kreatif dan harus kreatif. Harus meraih Marwah, yang bukan sekedar kesetaraan. Sekali lagi perempuan harus meraih Marwah yang bukan sekedar kesetaraan.

Gadis Madura itu terus belajar terus belajar, berjuang, belajar, berjuang. Karena dalam budaya Pesantren Madura, “Manusa tade elmuna padeh bik mayyit ajelen,” Manusia tanpa ilmu seperti mayat, seperti mayat, yang berjalan. 

Siti Maryam terus berlayar di laut kehidupan berbantal ombak berselimut angin. Olle Olang. Kemudian menjadi dosen menjadi pendidik mencetak anak-anak muda yang mampu meriah wajah Ibu Pertiwi. dan Ibu Pertiwi akan bisa tersenyum sepanjang masa.

Perjuangan yang berlandaskan iman tak sia-sia. Takdir Allah terjadi Siti Maria mendapat gelar Profesor, guru besar sekarang ini, Alhamdulillah.

Puisi ini bukan untuk menyanjung. Sekali lagi puisi ini bukan untuk menyanjung. Tapi untuk membangkitkan cita-cita Ibu Kartini, dan menyebarkan keteladanan, keteladanan, keteladanan bagi putri-putri pedesaan di seluruh Indonesia.

Agar anak perempuan di mana saja makin semangat belajar dan berjuang, untuk masa depan Indonesia. Untuk mengharumkan peradaban Nusantara.

Cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Kenapa kita harus cinta kepada bangsa dan tanah air. Kita semua minum air Indonesia menjadi darah kita. Kita makan beras dan buah-buahan Indonesia menjadi daging kita. Kita menghirup udara Indonesia menjadi nafas kita. Kita bersujud di atas bumi Indonesia, berarti bumi Indonesia adalah sajadah kita. Dan Bila tiba saatnya kita mati kita akan tidur dalam pelukan bumi Indonesia. Daging kita yang hancur membusuk, akan bersatu kembali dengan harumnya bumi Indonesia. 

Maka tidak ada alasan untuk tidak cinta kepada bangsa dan tanah air.  Tidak ada alasan untuk tidak cinta kepada Indonesia.  Indonesia adalah ibunda kita. Siapa mencintainya jangan mengisinya dengan maksiat dan dosa. Jangan mengisinya dengan kebencian permusuhan dan adu domba. 

Tanah air Indonesia adalah sajadah kita. Siapa Mencintainya harus menanaminya dengan benih keimanan, dengan benih ketakwaan, dengan benih persatuan, kesantunan, kemajuan dan kreativitas. tanah air Indonesia adalah sajadah kita tempat kita bersujud kepada Allah 

(Zawawi Imron, 16 September 2023)

Video pembacaan puisi tersebut dapat diakses di hhttps://youtu.be/wbcdzg5HL_g?feature=shared&t=300


Share this Post